MAKALAH
ASMAUL HUSNA
AL-KARIM, AL-MU’MIN, AL-WAKIL,
AL-MATIN, AL-JAMI’, AL-‘ADL,
AL-AKHIR
OLEH
FENYL
SMA NEGERI 2 BILASANGING
KATA
PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat allah swt, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dan
tak lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada baginda nabi, nabi muhammad
saw yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga ke zaman terang
benderang ini.
Kami
menyadari bahwa masih merasa banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu
kami sangat mengharapkan sekali kritik dan saran yang bersifat membangun bagi
kami. dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
umunnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Asma’ul
Husna terdiri atas dua kata, yaitu asma yang berarti nama -nama,dan Husna yang
berarti baik atau indah. Jadi, Asmaul Husna dapat diartikan sebagai nama-nama
yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah Swt. sebagai bukti
keagungan-Nya. Kata Asmaul Husna diambil dari ayat al-Qur’ān Q.S. Taha/20:8. yang
artinya, “Allah Swt. tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia memiliki Asmaul Husna
(nama-nama baik)“.
Allah
SWT adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak
terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk
kepentigan umat manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta
bantuan terhadap mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah
hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati
seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala sesuatu yang
telah di larang-Nya.
Rukun
Iman pertama adalah Iman kepada Allah Swt, beriman kepada Allah Swt berarti
percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt , itu benar –
benar ada dengan segala kesempurnaan – Nya untuk mengetahui kesempurnaanya
salah satunya adalah dengan mengetahui 20 sifat Allah dan 99 Asmaul Husna.
Sesungguhnya kesempurnaan Allah Swt
itu dapat kita rasakan dengan kehidupan sehari-hari dari segala apa yang
diciptakannya , Allah menciptakan matahari, laut,air, udara binatang, dan lain
sebagainya untuk menunjukkan kesempurnaanya Allah tidak membutuhkan peribadatan
manusia , tetapi manusialah yang membutuhkan adanya Allah, manusia harus selalu
meminta dan memohon perlindungan kepada Allah denga berdoa menggunaakan Asmaul
Husna.
B. Rumusan
Masalah
1. Menguraikan
7 Asmaul Husna yakni ( Al-Karim, Al-Mu’min, Al-Wakil,
Al-Matin, Al-Jami’, Al-‘Adl, Al-Akhir ).
2. Menguraikan
makna 7 Asmaul Husna yakni ( Al-Karim, Al-Mu’min, Al-Wakil,
Al-Matin, Al-Jami’, Al-‘Adl, Al-Akhir ).
3. Memberikan
contoh perilaku yang mencerminkan 7 Asmaul Husna yakni ( Al-Karim, Al-Mu’min,
Al-Wakil, Al-Matin, Al-Jami’, Al-‘Adl, Al-Akhir ).
C. Tujuan
Dengan adanya makalah ini maka kami
bertujuan untuk :
1. Menjelaskan
tentang Asma’ul Husna.
2. Mengetahui
dan memahami dari Asma’ul Husna dalam kehidupan seharihari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal
Asmaul Husna
Mengenal
Asmaul Husna memiliki urgensi yang besar, sebagai berikut:
1- Mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya merupakan ilmu yang paling mulia dan agung secara mutlak. Karena kemuliaan ilmu terkait dengan kemuliaan yang diketahui. Yang diketahui dalam masalah ini adalah Allah Ta'ala beserta nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Menyibukkan diri untuk memahami ilmu ini, mengkajinya secara sempurna merupakan kesibukan untuk meraih sesuatu yang sangat tinggi dan pencapaian seorang hamba dalam masalah ini merupakan pemberian paling mulia. Karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskannya sungguh-sungguh dan karena perhatian beliau yang besar dalam masalah ini, para shahabat tidak berbeda pendapat dalam masalah ini sebagaimana mereka berbeda pendapat dalam masalah hukum.
2- Mengenal Allah akan mendorong kita untuk mencintai dan takut kepada-Nya, berharap serta ikhlas dalam beramal kepada-Nya. Ini merupakan inti kebahagiaan seorang hamba. Tidak ada jalan untuk mengenal Allah selain mengenal nama-nama-Nya yang mulia dan memahami makna yang terkandung di dalamnya.
3- Mengenal Allah Ta'ala melalui nama-nama-Nya yang mulia dapat menambah keimanan. Sebagaiman dikatakan oleh Syekh Abdurrahman bin Sa'dy rahimahullah, "Sesungguhnya iman terhadap nama-nama Allah yang mulia dan memahaminya mengandung macam tauhid yang tiga; Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma wa Sifat. Ketiga macam tauhid ini merupakan ruh keimanan, penyejuk hati, asal dan tujuannya. Semakin bertambah pemahaman seorang hamba terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah, bertambah pula keimanannya dan akan semakin kuat keyakinannya." (At-Tauhdhih wal Bayan Li Syajaratil Iman, oleh As-Sa'dy, hal. 41)
4- Sesungguhnya Allah menciptakan makhluknya agar mereka mengenal-Nya dan menyembah-Nya. Inilah tujuan yang dituntut. Karena, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qayim rahimahullah, "Kunci dakwah para rasul dan inti risalah mereka adalah mengenal yang disembah melalui nama-nama dan sifat-sifat serta perbuatan-perbuatan-Nya. Karena dengan pengenalan tersebut akan terbangun seluruh tuntutan risalah dari awal hingga akhir." (Ash-Shawa'iq Al-Mursalah Alal Jahmiah wal Mu'atholah, Ibnu Qayim, 1/150-151)
Menyibukkan diri untuk mengenal Allah, adalah menyibukkan dengan sesuatu yang dengan alsan itu makhluk diciptakan. Mengabaikannya dan meninggalkannya adalah bentuk penyelewangan terhadap tujuan penciptaannya. Akan tetapi yang dimaksud iman bukan sekedar mengucapknnya saja tanpa mengenal Allah, karena hakikat iman kepada Allah adalah pengenalan seorang hamba kepada Tuhannya yang dia imani dan mengerahkan segala kemampuannya untuk mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Seberapa besar dia mengenal Tuhannya, sebesar itu pula akan bertambah imannya.
5- Mengetahui nama-nama Allah yang mulia merupakan landasan ilmu atas segala sesuatu yang diketahui. Sebagaimana perkataan Ibnu Qayim rahimahullah, "Sesungguhnya ilmu terhadap nama-nama Allah yang mulia merupakan pokok ilmu atas segala sesuatu yang diketahui. Karena segala sesuatu yang diketahui selain-Nya, apakah dia merupakan ciptaan-Nya atau merupakan perintah-Nya, apakah ilmu terhadap apa yang Dia ciptakan atau ilmu terhadap apa yang Dia syariatakn. Sumber penciptaan dan perintah adalah nama-nama Allah yang mulia. Keduan terkait satu sama lain sesuai kandungan yang terdapat di dalamnya. Ihsha (mengenal, beriman dan menjalankan) terhadap Asmaul Husan merupakan asal penghitungan atas segala sesuatu yang diketahui. Karena semua yang diketahui terkait dengannya." .
1- Mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya merupakan ilmu yang paling mulia dan agung secara mutlak. Karena kemuliaan ilmu terkait dengan kemuliaan yang diketahui. Yang diketahui dalam masalah ini adalah Allah Ta'ala beserta nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Menyibukkan diri untuk memahami ilmu ini, mengkajinya secara sempurna merupakan kesibukan untuk meraih sesuatu yang sangat tinggi dan pencapaian seorang hamba dalam masalah ini merupakan pemberian paling mulia. Karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskannya sungguh-sungguh dan karena perhatian beliau yang besar dalam masalah ini, para shahabat tidak berbeda pendapat dalam masalah ini sebagaimana mereka berbeda pendapat dalam masalah hukum.
2- Mengenal Allah akan mendorong kita untuk mencintai dan takut kepada-Nya, berharap serta ikhlas dalam beramal kepada-Nya. Ini merupakan inti kebahagiaan seorang hamba. Tidak ada jalan untuk mengenal Allah selain mengenal nama-nama-Nya yang mulia dan memahami makna yang terkandung di dalamnya.
3- Mengenal Allah Ta'ala melalui nama-nama-Nya yang mulia dapat menambah keimanan. Sebagaiman dikatakan oleh Syekh Abdurrahman bin Sa'dy rahimahullah, "Sesungguhnya iman terhadap nama-nama Allah yang mulia dan memahaminya mengandung macam tauhid yang tiga; Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma wa Sifat. Ketiga macam tauhid ini merupakan ruh keimanan, penyejuk hati, asal dan tujuannya. Semakin bertambah pemahaman seorang hamba terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah, bertambah pula keimanannya dan akan semakin kuat keyakinannya." (At-Tauhdhih wal Bayan Li Syajaratil Iman, oleh As-Sa'dy, hal. 41)
4- Sesungguhnya Allah menciptakan makhluknya agar mereka mengenal-Nya dan menyembah-Nya. Inilah tujuan yang dituntut. Karena, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qayim rahimahullah, "Kunci dakwah para rasul dan inti risalah mereka adalah mengenal yang disembah melalui nama-nama dan sifat-sifat serta perbuatan-perbuatan-Nya. Karena dengan pengenalan tersebut akan terbangun seluruh tuntutan risalah dari awal hingga akhir." (Ash-Shawa'iq Al-Mursalah Alal Jahmiah wal Mu'atholah, Ibnu Qayim, 1/150-151)
Menyibukkan diri untuk mengenal Allah, adalah menyibukkan dengan sesuatu yang dengan alsan itu makhluk diciptakan. Mengabaikannya dan meninggalkannya adalah bentuk penyelewangan terhadap tujuan penciptaannya. Akan tetapi yang dimaksud iman bukan sekedar mengucapknnya saja tanpa mengenal Allah, karena hakikat iman kepada Allah adalah pengenalan seorang hamba kepada Tuhannya yang dia imani dan mengerahkan segala kemampuannya untuk mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Seberapa besar dia mengenal Tuhannya, sebesar itu pula akan bertambah imannya.
5- Mengetahui nama-nama Allah yang mulia merupakan landasan ilmu atas segala sesuatu yang diketahui. Sebagaimana perkataan Ibnu Qayim rahimahullah, "Sesungguhnya ilmu terhadap nama-nama Allah yang mulia merupakan pokok ilmu atas segala sesuatu yang diketahui. Karena segala sesuatu yang diketahui selain-Nya, apakah dia merupakan ciptaan-Nya atau merupakan perintah-Nya, apakah ilmu terhadap apa yang Dia ciptakan atau ilmu terhadap apa yang Dia syariatakn. Sumber penciptaan dan perintah adalah nama-nama Allah yang mulia. Keduan terkait satu sama lain sesuai kandungan yang terdapat di dalamnya. Ihsha (mengenal, beriman dan menjalankan) terhadap Asmaul Husan merupakan asal penghitungan atas segala sesuatu yang diketahui. Karena semua yang diketahui terkait dengannya." .
B. Pengertian Asmaul Husna
1) Al-Kariim
Orang yang masih dalam perjalanan
sangat teringin untuk cepat sampai kepada Allah s.w.t. Dia terpesona melihat
keadaan orang-orang yang telah sampai. Kadang-kadang timbul rasa tidak sabar
untuk ikut sama sampai kepada tujuannya. Perasaan tidak sabar akan menimbulkan
harapan atau cita-cita agar ada seseorang yang dapat menolong mengangkatnya.
Orang yang diharapkan itu mungkin terdiri daripada mereka yang telah sampai
atau mungkin juga dia menaruh harapan kepada wali-wali ghaib dan
malaikat-malaikat. Maksud dan tujuannya tidak berubah, iaitu sampai kepada
Allah s.w.t tetapi dalam mencapai maksud itu sudah diselit dengan harapan
kepada selain-Nya. Ini bermakna sifat bertawakal dan berserah dirinya sudah
bergoyang. Sebelum dia terjatuh, Hikmat 47 ini menariknya supaya berpegang
kepada al-Karim. Walau kepada siapa pun diletakkan harapan namun, harapan dan
orang berkenaan tetap mencari al-Karim. Tidak ada harapan dan cita-cita yang
dapat melepasi al-Karim.
Al-Karim adalah salah satu
daripada Asma-ul-Husna. Nama ini memberi pengertian istimewa tentang Allah
s.w.t. Al-Karim bermaksud:
1: Allah s.w.t Maha Pemurah.
2: Allah s.w.t memberi tanpa diminta.
3: Allah s.w.t memberi sebelum diminta.
4: Allah s.w.t memberi apabila diminta.
5: Allah s.w.t memberi bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.
1: Allah s.w.t Maha Pemurah.
2: Allah s.w.t memberi tanpa diminta.
3: Allah s.w.t memberi sebelum diminta.
4: Allah s.w.t memberi apabila diminta.
5: Allah s.w.t memberi bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.
Sekiranya para hamba mengenali
al-Karim nescaya permintaan, harapan dan angan-angan tidak tertuju kepada yang
lain melainkan kepada-Nya. Allah al-Karim menciptakan makhluk dengan
kehendak-Nya tanpa ada kaitan dengan sebarang permintaan, cita-cita atau
harapan sesiapa pun. Dia menentukan dan menetapkan hukum pada setiap
kejadian-Nya dengan kehendak-Nya juga. Dia menyediakan segala keperluan
makhluk-Nya dan mempermudahkan makhluk-Nya memperolehi rezeki masing-masing
dengan kehendak-Nya juga. Tidak ada sesuatu yang campur tangan dalam urusan-Nya
membahagikan kebaikan kepada makhluk-Nya.
2) Al-Mu’min
Al-mu'min
secara bahasa berasal dari kata aminayang berarti pembenaran,
ketenangan hati, dan aman. Allah SWT al-mu'min artinya Dia Maha Pemberi rasa
aman kepada semua makhluknya, terutama manusia. Keamanan dan rasa aman yang
kita peroleh tidak terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati hanya didapat
bila kita dekat dengan Allah, rajin membaca Al - Qur'an, rajin sholat, dan lain
- lain. Ketidak nyamanan bukan hanya akibat ulah manusia tapi bisa juga karena
binatang buas, bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor dan lain
- lain. Ada orang yang merasa tidak aman walaupun situasinya aman dan tentram.
Sebaliknya ada orang yang merasa, tenang, tidak gelisah walaupun situasi dan
keadaan genting dan kacau. Allah adalah al-mu’min yang
muthlaq, karena hanya kepada-Nyalah keamanan dapat
diraih dan Dia adalah pencipta keamanan, baik didunia maupun di akhirat. Allah
juga Maha tepercayadalam menepati janji-Nya.
Allah SWT bernama Al-Mu’min yang artinya Yang Maha Memberikan Keamanan atau Yang maha Terpercaya karena dalam mencantumkan wa’dun/janji-janjinya pasti tidak mungkin diingkari, pasti ditepati.
Allah SWT bernama Al-Mu’min yang artinya Yang Maha Memberikan Keamanan atau Yang maha Terpercaya karena dalam mencantumkan wa’dun/janji-janjinya pasti tidak mungkin diingkari, pasti ditepati.
Nama lain dari asma ini adalah Ash-Shadiq (Yang Maha
Membenarkan) seperti tersebut dalam sebuah hadist, dimana Rasulullah saw.
bersabda (yang artinya):
"Ketika seorang hamba berkata, 'Tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah dan Allah Maha Besar', Allah swt. berfirman,
'Hamba-Ku benar (shadaqa 'abdii), tiada Tuhan selain Aku dan Aku Mahabesar.'
Dan ketika seorang hamba berkata, 'Tidak ada Tuhan Yang Berhak disembah kecuali
Allah, dan Dia Maha Esa', Allah swt. berfirman, 'Hamba-Ku benar (shadaqa
'abdii), tiada Tuhan selain Aku dan Aku Maha Esa." (HR. Turmuzi, Ibnu
Majah)
3) Al-Wakil
Mempunyai arti bahwa Allah,
adalah zat yang mengurus segala urusan hamba-Nya dan memudahkan segala yang
dibutuhkan oleh mereka. Allah adalah Dzat yang segala perkara diwakilkan
kepada-Nya.
Dan wakil itu terbagi atas:
- Yang
memenuhi apa yang diwakilkan kepadanya dengan sempurna, tanpa pamrih;
- Yang
memenuhi tetapi tidak semua. Wakil yang mutlak ialah yang diwakilkan segala
urusan kepadanya, dan dia cocok untuk melaksana kan dan menyempurnakannya-wakil
seperti itu tidak lain hanyalah Allah SWT.
Dari keterangan ini, dapatlah
dipahami bahwa bagian hamba dari ism ini adalah: kepada-Nyalah ia harus
menyerahkan segala urusannya, sebab Dialah sebaik-baik yang diserahi uru.
Melalui sifat ini, Allah swt.
memerintahkan agar manusia memiliki sifat dan perilaku yang baik dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu di antaranya adalah memegang amanah dengan
sebaik-baiknya.
4) Al-Matiin
Allah memiliki asma al-Matiin
artinya Allah adalah Dzat yang Maha Kokoh dalam kekuasaan-Nya. Allah adalah
Dzat yang maha kuat dalam pendirian-Nya. Allah adalah Dzat yang maha teguh
dalam janji-Nya.
Allah menjanjikan kebahagiaan dan
surge bagi hamba yang mengikuti perintah-Nya, dan Allah menjanjikan kehidupan
yang saling bermusuhan dan panas serta Nerakan bagi yang mengingkari dan
menolak aturan-aturan-Nya. Ini semua tidak akan pernah berubah sampai kapanpun,
karena Allah al-Matiin sesuai dengan QS Ad-Dzariyat/51 : 58,
Artinya: “Sesungguhnya Allah Dialah
Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”.
Manusia sebagai wakil-Nya, tentu
pula harus memiliki sifat ini. Kita harus memiliki sifat teguh, tidak gampang
tergoda dan tergoyahkan dengan harapan-harapan palsu yang mengintai dan
menggoda kita.
Manusia yang meyakini bahwa Allah
al-Matiin akan terus berusaha menjadi manusia yang teguh pendirian dalam
kebenaran, kuat kemauan untuk menjadi manfaat bagi manusia dan mahkluk Allah yang
lain.
5) Al-Jami
Jami’ berasal dari
kata jama’ah yang artinya kumpulan, lebih dari satu, banyak. Allah
bersifat al-Jami’ artinya Allah maha mengumpulkan/mempersatukan.
Selain Allah akan mengumpulkan kita
nanti pada hari kiamat, Allah al-jami’ juga dapat kita buktikan dalam kehidupan
ini.
Itulah asma Allah al-Jami’. Ada
dua pelajaran yang dapat kita petik dari asma Allah al-Jami’.
Pertama Allah akan mengumpulkan kita
nanti pada hari Akhir. Kedua, sebagai khalifah, wakil yang dipercaya Allah
untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Kita harus membumikan al-Jami’ dalam
kehidupan. Kita harus menjadi katalisator untuk terbentuknya persatuan dan
kesatuan mahkluk-makhluk Allah sehingga menjadi satu kesatuan sIstem kehidupan
yang harmonis dan saling membutuhkan. Jagalah persatuan dan kesatuan sistem
kehidupan, bertanggungjawablah pada tugas dan fungsi masing-masing. Jangan
merasa diri yang paling baik dan paling benar. Karena hanya Allah yang bisa
memutuskan mana yang benar dan mana yang salah. Jangan sok tahu dengan
menghakimi orang lain salah, dan kemudian kita menarik diri dari tugas dan
fungsi kita dalam system kehidupan.
6) Al-Adl
Kata ini adalah kata dasar, di mana Allah menyifatkan diri-Nya sebagai
sifat mubalaghah, yakni bersifat adil yang sempurna. Dia
bersih dari sifat aniaya, baik dalam hukum-Nya maupun dalam perbuatan-Nya. Di
antara hukum-Nya mengenai hak hamba-hamba-Nya adalah, bahwasanya tidak ada bagi
manusia itu kecuali apa yang dia usahakan, dan bahwa hasil dari segala usahanya
itu akan dilihatnya. Sesungguhnya orang-orang yang saleh berada di dalam surga
yang penuh dengan kenikmatan, dan bahwa orang-orang durhaka akan dimasukkan ke
dalam api neraka jahanam.
harus adil, tidak memihak untuk menyesuaikan dengan benar, untuk membuat bahkan, untuk meluruskan, memperbaiki, menegakkan keadilan,untuk menyeimbangkan, mengimbangi, untuk membuat yang sama, seragam,untuk mengaktifkan salah satu dari sesuatu, benar langsung, untuk membuat nyaman dengan apa yang benar
- “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan ...” (an-Nahl: 90)
- “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil”. (al-Ma’idah: 8)
harus adil, tidak memihak untuk menyesuaikan dengan benar, untuk membuat bahkan, untuk meluruskan, memperbaiki, menegakkan keadilan,untuk menyeimbangkan, mengimbangi, untuk membuat yang sama, seragam,untuk mengaktifkan salah satu dari sesuatu, benar langsung, untuk membuat nyaman dengan apa yang benar
- “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan ...” (an-Nahl: 90)
- “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil”. (al-Ma’idah: 8)
7) Al-Akhir
Al-Akhir adalah Zat
yang memiliki sifat kekal dan Mahaakhir yang tidak ada sesuatu pun
setelahNya.Dia Mahakekal tatkala semua makhluk hancur, Mahakekal dengan
kekekalannya.
Nama ini disebutkan di dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
" Dialah Yang Awal dan Akhir Yang Zhahir dan
Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu ".
( QS. Al-Hadid : 3 ).
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
" Ya Allah, Engkaulah Yang Mahaakhir, yang tidak
ada sesuatu setelahMu "(HR. Muslim)
Al-Akhir adalah Zat yang memiliki sifat
kekal dan Mahaakhir yang tidak ada sesuatu pun setelahNya.Dia Mahakekal tatkala
semua makhluk hancur, Mahakekal dengan kekekalannya.Adapun kekekalan makhlukNya
adalah kekekalan yang terbatas, seperti halnya kekekalan Jannah, neraka dan apa
yang ada di dalamnya.Jannah adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan
ketentuan, kehendak, dan perintahNya.
Allah berkehendak untuk menetapkan makhluk yang kekal dan yang tidak,
namun kekekalan makhluk itu tidak secara zat dan tabiat, karena secara tabiat
dan zat, seluruh makhluk ciptaan Allah adalah fana (tidak kekal).Sifat kekal
tidak dimiliki oleh makhluk, kekekalan yang ada hanya sebatas kekal untuk
beberapa masa sesuai dengan ketentuanNya.
Sedangkan zat dan sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala seperti wajah,
keperkasaan, kemahatinggian, rahmat, tangan, kemampuan, kerajaan, dan kekuatan
Allah adalah sifat yang kekal abadi.Kekal adalah sifat Zat Allah, karena Allah
adalah Zat yang Mahaakhir tiada sesuatupun setelahNya.
B. Makna
Asmaul Husna
1) Al-Karim
Karîm adalah yang
mulia dalam segala hal, yang amat banyak pemberian dan kebaikannya, baik ketika
diminta maupun tidak. Nama al-Karîm menunjukkan kesempurnaan kemuliaan Allah
Azza wa Jalla dalam zat dan segala sifat serta perbuatan-Nya:
1. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam dzat-Nya. Tidak ada cacat sedikit pun dalam dzat Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya dzat Allah k Maha Indah.
2. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam segala sifat-Nya. Tidak ada sifat jelek pun pada Allah k . Sesungguhnya sifat-sifat Allah amat sempurna dalam segala maknanya.
3. Allah Azza wa Jalla juga Maha Mulia dalam segala perbuatannya. Tidak ada cacat dalam perbuatan Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya segala perbuatan Allah Azza wa Jalla penuh dengan berbagai hikmah yang luas.
1. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam dzat-Nya. Tidak ada cacat sedikit pun dalam dzat Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya dzat Allah k Maha Indah.
2. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam segala sifat-Nya. Tidak ada sifat jelek pun pada Allah k . Sesungguhnya sifat-sifat Allah amat sempurna dalam segala maknanya.
3. Allah Azza wa Jalla juga Maha Mulia dalam segala perbuatannya. Tidak ada cacat dalam perbuatan Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya segala perbuatan Allah Azza wa Jalla penuh dengan berbagai hikmah yang luas.
2) Al-Mukmin
Sifat Allah Al - Mukmin artinya "Allah Maha
Pemberi Keamanan". Keamanan merupakan kebutuhan penting bagi manusia.
Kehidupan akan terasa nyaman dan berjalan semestinya karena adanya keamanan.
Negara yang tidak aman sulit melaksanakan pembangunan. Kehidupan masyarakat
akan terancam bila tidak ada keamanan. Kita lihat bagaimana negara yang sedang
dalam peperangan.
Keamanan dan rasa aman yang kita peroleh tidak
terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati hanya didapat bila kita dekat
denmgan Allah, rajin membaca Al - Qur'an, rajin sholat, dan lain - lain.
Ketidak nyamanan bukan hanya akibat ulah manusia tapi bisa juga karena binatang
buas, bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor dan lain - lain.
Ada orang yang merasa tidak aman walaupun situasinya aman dan tentram.
Sebaliknya ada orang yang merasa, tenang, tidak gelisah walaupun situasi dan
keadaan genting dan kacau.
3) Al-Wakil
Al-wakil berarti yang maha
mewakili dialah wakil yang mutlak , dialah yang mengurusi segala sesuatu yang
menjadi urusan hambanya di samping itu dia juga menjadikan segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh umat manusia, hanya allah yang dapat memudahkan makhluknya dari
kesusahan yang dijhadapinyA.
Dalam kitab suci Al – qur’an, asmaul
husna Al – wakil disebut di beberapa tempat, yaitu: Q.S. Ali-imron/3
ayat 173; Q.S An-nisa/4 ayat 81; Q.S Al-An’am/6 ayat102; Q.S Yusuf/12 ayat
66; Q.S Al-Qosos/28 ayat 28; Q.S Az-zumar/39 ayat62; Q.S An-nisa/4 ayat 171; Q.S
Al-isra/17 ayat 65; Q.S AL-ahzab/33 ayat 31; Q.S Al-ahzab/33 ayat 48; Q.S
Al-muzzammil/73 ayat 9.
4) Al-Matiin
Dzat yang sangat kokok, yaitu Dia
sangat kokok dan berkekuatan yang tidak pernah luntur. Kokok diatas
segala-galanya diseluruh kekuasaanNya.
ALLAH adalah Maha Sempurna dalam kekuatan dan kekukuhan NYA. Kekuhan dalam prinsip sifat2 nya, tidak akan Allah melemahkan suatu sifatnya, sebagaimana manusia... Maha Sempurna ALlah dari sifat manusiawi. Allah juga maha kukuh dalam kekuatan kekuatannya oleh karena itu Sifat AL Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada taranya.
Kekukuhan Allah yang memiliki rahmat dan azab terbukti ketika Allah memberika rahmat NYA kepada hamba hamba NYA tidak ada apapun yang dapat menghalangi rahmat ini untuk tiba kepada sasarannya
Demikian juga tidak ada kekuatan yang dapat mencegah pembalasan NYA. Kemurkaan dan azab NYA akan mengenai sasaran tanpa meleset sedikitpun atau sekali pun.
ALLAH adalah Maha Sempurna dalam kekuatan dan kekukuhan NYA. Kekuhan dalam prinsip sifat2 nya, tidak akan Allah melemahkan suatu sifatnya, sebagaimana manusia... Maha Sempurna ALlah dari sifat manusiawi. Allah juga maha kukuh dalam kekuatan kekuatannya oleh karena itu Sifat AL Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada taranya.
Kekukuhan Allah yang memiliki rahmat dan azab terbukti ketika Allah memberika rahmat NYA kepada hamba hamba NYA tidak ada apapun yang dapat menghalangi rahmat ini untuk tiba kepada sasarannya
Demikian juga tidak ada kekuatan yang dapat mencegah pembalasan NYA. Kemurkaan dan azab NYA akan mengenai sasaran tanpa meleset sedikitpun atau sekali pun.
5) Al-Jami
Dia adalah
Dzat yang menghimpun seluruh manusia pada hari kiamat. Dan ada pendapat lain
mengatakan, bahwa Dia adalah Dzat yang mengumpulkan bagia-bagian tubuh manusia
sesudah ia bercerai-berai, dan yang membangkitkan mereka kembali, serta
menghimpun mereka di padang mahsyar.
Penghimpunan
ini ada berbagai macam bentuknya, di antaranya adalah mengumpulkan seluruh
makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia dan lain-lainnya, di permukaan
bumi ini dan kemudian mengumpulkan mereka di padang mahsyar pada hari kiamat.
Dan Dia mengumpulkan langit, planet, udara di bumi, lautan, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan barang-barang tambang yang aneka rupa di bumi. Dia
mengumpulkan tulang, urat, keringat dan otot, dan lain-lain. Dia mengumpulkan
antara dua sifat yang berlawanan, seperti panas dan dingin, kering dan lembab,
di dalam unsur hewan dan tumbuh-tumbuhan dan ini termasuk penghimpunan yang
paling sempurna di antara yang ada.
Dan Allah
juga mengumpulkan di dalam diri seorang hamba adab yang lahir di anggota tubuh
dan hakikat batin di dalam hati. Barangsiapa yang sempurna makrifatnya dan baik
tingkah lakunya, maka ia disebut juga sebagai jami’. Dikatakan
bahwa jami’ ialah orang yang tidak padam cahaya
makrifatnya.
6) Al-Adl
Allah Maha Adil dalam segala hal
terhadap apa yang diperbuat hamba-Nya. Berbeda dengan manusia. Mungkin ketika
menjadi hakim atau wasit dalam suatu pertandingan, seseorang tidak jarang
memihak golongan atau keluarganya. Banyak hal yang bisa mempengaruhi manusia
sehingga manusia tidak bisa benar-benar adil. Namun, keadilan Allah pastilah
adil yang seadil-adilnya. Dan, Allah selalu menyuruh hamba-Nya untuk berbuat
adil.
Ada Asmaul Husna lain yang artinya
sama, yaitu Al Muqsith (Maha Adil). Namun, Maha Adil Allah disini lebih adil
kepada manusia.
Allah itu adil kepada siapa dan apa
saja, baik manusia, makhluk lain, maupun alam ciptaan-Nya. Segala yang
diciptakan Allah sudah ditetapkan dengan adil. Ada siang ada malam, ada
laki-laki ada perempuan, dan sebagainya.
7) Al-Akhir
Makna Al-Akhir adalah Dzat yang tiada sesuatu setelah-Nya.
Nama Allah Subhanahu wa Taala ini menunjukkan keabadian-Nya dan kekekalan-Nya.
Dan ini menunjukkan bahwa Dia merupakan tujuan dan tempat bergantung yang
seluruh makhluk menuju kepada-Nya dengan ibadah, harapan, rasa takut dan
seluruh keperluan mereka.
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu mengatakan:
“Dan janganlah dipahami bahwa ini menunjukkan
batasakhir-Nya. Karena ada juga hal-hal yang abadi (lainnya) namun berupa
makhluk, seperti al-jannah (surga) dan an-nar (neraka). Atas dasar itu, maka
Al-Akhir mengandung makna bahwa Ia meliputi segala sesuatu, tiada kesudahan
bagi keakhiran-Nya.
C. Sikap
yang mencerminkan Asmaul Husna
1) Al-Karim
Dengan memahami dan menghayati makna
asmaul husan al-karim hendaknya kita memiliki sikap-sikap antara lain.
a. Budi
pekerti yang luhur sehingga akan hidup pada drajat yang mulia baik di sisi
allah maupun di sisi manusia
b. Menghindari
akhlak tercela yang membuat kita menjadi hina baik dihadapan Allah
Swt maupun sesama manusia.
c. Pandai
bersyukur atas nikmat-nikmat Allah Swt yang jumlahnya sangat banyak semua itu
allah anugrahkan kepada kita karena Allah Swt memiliki sifat
Al-Karim maha pemura
2
2) Al-Mukmin
Dengan memahami dan menghayati makna
asmaul husna Al-Mu’min hendaknya kita memiliki sikap-sikap , antara lain :
a. Meneladani
sifat allah tersebut sehingga satu sama lain, saling memberi rasa aman, dan
keamanan se4hingga tercipta suasana yang nyaman
b. Menghiondari
dari melakukan hal-hal yang dapat membuat orang lain merasa
takut atau mengusik ketenangan orang lain.
c. Meneladani
makna dari sifat al-mu’min , dimana lisan dan perbuatan serta tindakan kita
harus menyelamatkan orang lain minimal tidak membahayakan orang lain.
d. Yakin
dan optimis yang kemudian melahirkan kreativitas dan inovasi sebab kita yakin
dan optimis bahwa keyakinan allah selalu bersama kita .
e. Sikap
berani dan tidak menjadi orang penakut karena kita yakin allah akan menjaga dan
melindunginya.
3) Al-Wakil
Dengan memahami dan menghayati
makna Asmaul husna Al-wakil, hendaknya lita dapat memiliki sikap-sikapm, antara
lain
a. Sadar
bahwa hanya Allah SWT. Tempat menggantungan diri sebab selain Allah tiada yang
dapat mencukupi segala kekurangan.
b. Teguh
pendirian dan tidak merasa takut didalam perjuangan menegakkan yang benar dan
melawa kebatilan,
c. Saling
menjaga terhadap sesama, tidak suka mengganggu ketenangan orang lain apalagi
mengancam keselamatan orang serta suka menteror orang lain.
4
4) Al-Matiin
Dengan memahami dan menghayati
makna Asma’ul husna Al-matin, hendaknya kita memiliki sikap-sikap antara lain:
a. Sadar
jika meminta pertolongan meminta hanya kepada Allah SWT. Semata, dan tidak akan
meminta kepada yang lain sebab hanya Allah yang memiliki kekuatan yang
sempurna.
b. Berusaha
menghindari sikap sombong sebab kita sadar bahwa kemampuan kita terbatas, jauh
dari sifat sempurna.
c. Yakin
bahwasannya semua kekuatan adalah milik Allah SWT;
d. Berusaha
untuk menjadi orang mukmin yang kuat, baik dari segi fisik, ekonomi maupun dari
segi keilmuan (intelektual)
5
5) Al-Jami
Dengan memahami dan menghayati
makna Asma’ul husna Al-jam’; hendaknya kita memiliki sikap-sikap, antara lain:
a. Sadar
bahwa kita suatu saat kita akan mati dan suatu saat akan dikumpulkan di sebuah
tempat yang bernama padang makhsyar, menunggu penentuan nasib di akherat apa
akan bertempat di surga atau di neraka.
b. Hati-hati
dalam bertindak karena semuanya akan dimintai pertanggung jawaban.
c. Semangat
dalam melakukan kebaikan dan merasa optimis, bahwa semua kebaikan akan ada
nilainya di hadapan Allah. Jika kita termasuk muttaqin maka kita akan
dikumpulkan dalam keadaan terhormat disisi Allah.
d. Rasa
takut ketika ada niat akan melakukan berbuatan dosa. Karena Almujrimin (para
pelaku dosa) dikumpulkan dipadang makhsyar tadi dengan muka biru muram, sedih
dan penyesalan.
6
6) Al-Adl
Dengan memahami dan menghayati makna
asmaul husna al-adlu , seharusnya kita memiliki sikap
a. Husnudhon
(positif thingking) kepada allah terhadap semua ketentuan allah swt”,
b. Senantiasa
bersyukur kepada allah swt. Atas ketentuan – Nya yang adil.”,
c. Meneladani
sikap al-adlu dengan memerapkan sikap adil terhadap sesama.
7
7) Al-Akhir
Dengan memahami dan menghayati makna
asmaul husna al-akhirt, hendaknya kita memilikli sikap dan prilaku sebagai
berikut.
a. Kita
menjadi sadar bahwa allah saja yang akan kekal sementara hidup kita akan
berakhir. Kita tidak boleh lupa diri dan terlena dengan kehidupan dunia yang
sementara ini . kita harus giat mempersiapkan diri dengan bekal ibadah yang
akan kita bawa ke alam akhirat.
b. Orang
yang menyakini allah memiliki sifat al-akhir akan menjadiakn allah sebagai
satu-satunay tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selainnya, tidak ada
permintaan kepada selainnya, dan segala kesudahan tertuju hanya kepadanya .
c. Orang
yang menyakini allah memiliki sifat al-akhir akan selalu merasa membutuhkan
rabbnya, ia selalu mendasarkan apa yang diperbuat Nya kepada apa yang telah
ditetapkan oleh allah untuk hambanya .
d. Orang
yang meyakini allah memiliki sifat al;-akhir akan berlindung dari dirinya ,
dengan dirinya , semua urusan dan hukum adalah miliknya
BAB III
PRNUTUP
A. Kesimpulan
1.
Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna adalah
nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna
berarti yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama
milik Allah yang baik lagi indah.
2.
Kita harus menyakini Asmaul Husna,
Allah tentu saja bukan hanya menghafalkannya tetapi juga memahami , merenungi,
dan mengaplikasikannya dengan kehidupan sehari-hari dengan cara melaksanakan
perintahnya dan menjauhi larangannya
B.
Saran
Sebegai
generasi muda islam, kita harus memahami dan mengerti makna dan hikmah di balik
asmaul husna.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar